Pengobatan Tradisional
Bapak Yohanes E. Kause
HP. 082 144 452 053
Sang Tabib beserta
istri tercinta (Bagian depan) dan personel Pondok Pelayanan Kasih
Pada akhir tahun 2020 saya
menderita sakit di bagian pipi kanan sebelah dalam. Gejala penyakit ini adalah
pipi bagian dalam saya terasa kaku dan terdapat garis putih yang dikelilingi
oleh bagian yang berwarna merah yang lama-kelamaan seluruhhnya berwarna merah
dan melepuh Ketika terkena makanan atau minuman panas. Awalnya saya mengira itu
adalah penyakit mulut yang sama dengan jamur mulut, yang di dunia medis disebut
cancidiasis, dan dalam bahasa daerah saya disebut goma.
Karena keengganan ke Rumah Sakit
di masa pandemic Covid-19, Sayapun berusaha mengobati sendiri penyakit ini dengan
menggosokkan getah tanaman jarak (dalam Bahasa local disebut damar putih).
Getah tanaman itu membuat pipi saya semakin kaku. Kadang-kadang kaku sekali,
kadang-kadang agak lemas. Saya bergelut dengan penyakit ini sekitar 5 bulan.
Akhirnya saya mencoba memeriksakan diri ke dokter dan saya dinyatakan menderita
penyakit yang disebut oral lichen planus. Yang membuat sata stress adalah penyakit
ini adalah penyakit autoimun yang tidak dapat disembuhkan. Walapun demikian
saya tetap menjalani pengobatan untuk mengurangi gejalanya. Saya diberi obat
prednisone yang sudah dijadikan bubuk untuk berkumur 3 kali dalam sehari.
Dosisnya mulai dari 10 mg sampai 20 mg. setelah sekitar sebulan menggunakan
topical prednisone ini mulut saya mulai mengalami jamuran dan saya harus
menkonsumsi obat jamur mulut selama 2 minggu.
Karena gejalanya tidak berubah,
dokter meminta saya untuk menggunakan obat itu secara oral 3 kali sehari
senbanyak 20 mg sekali minum. Dalam waktu kurang dari 1 minggu gejalanya
berkurang secara drastis tetapi luka bekas lepuhan masih ada dan lambung saya
bermasalah. Akhirnya saya diberi obat maag tetapi tetap mengkonsumsi prednisone
dengan dosis yang sama. Setalah 20 hari saya mulai merasa kelelahan, muncul
benjolan hitam yang banyak di tubuh saya, kegiatan fisik yang biasanya sangat
ringan membuat jantung saya berdegup kencang dan pandangan saya menjadi gelap.
2 hari kemudian betis saya mulai sering kejang walaupun tidak dipakai untuk
berjalan.
Saya mengkomunikasikan hal itu dengan
dokter yang menangani saya dan dokter menyangsikan jika itu adalah efek samping
prednisone dan menyarankan saya untuk kosultasi ke dokter kulit. Setalah
melihat gejala di kulit saya dan mendengarkan knonologis penyakit saya dokter
kulit inipun menyatakan bahwa lichen planus yang saya alami sudah bukan hanya
di rongga mulut saya, tetapi sudah muncul di kulit dan saya disarankan untuk
tetap melanjutkan penggunaan prednisone.
Dalam kebingungan dan
keputusasaan saya mencari informasi tentang efek samping prednisone
(kortikosteroid). Betapa takutnya saya setelah membaca cukup banyak artikel
tentang obat ini dan hampir semua gejala yang saya alami merupakan gejala efek
samping dari obat ini. Sayapun mencoba berdiskusi dengan dokter spesialis
penyakit dalam lewat aplikasi Alodoc. Setelah mendengar penjelasan dan melihat
gamber gejala yang saya tampilkan, sang dokter meyakinkan saya bahwa
kemungkinan besar saya mengalami efek samping penggunaan kortikosteroid dosis
tinggi dan meminta saya untuk segera menemui dokter yang menangani saya untuk
mempertimbangkan penurunan dosis secara tepat guna menghindari efek samping
yang lebih parah dan sekaligus gejala putus obat kortikosteroid.
Mungkin karena stress atau karena
mengkonsumsi kortikosteoid, lambung saya semakin parah, yang menyebabkan
tenggorokan dan telinga saya sakit. Dokter spesialis THT menyatakan bahwa
kerusakan itu disebabkan karena asam lambung dan saya harus konsultasi dengan
dokter spesialis penyakit dalam. Selama beberapa minggu saya bolak-balik rumah
sakit 3 kali dalam seminggu untuk konsultasi dengan dokter berkaitan dengan
penyakit yang saya alami. Di samping ke RS saya juga berkonsultasi dan berobat
dengan psikiater selama hampir 1 bulan.
Semua upaya ini secara simultan
sedikit memberi perubahan tetapi dengan mengkonsumsi obat yang sangat banyak, dan
risiko ketergantungan beberapa jenis obat. Semuanya itu membuat saya semakin
stress. Berat badan saya menyusut sekitar 8 – 10 Kg dalam bebrapa bulan sampai
ada teman yang menyarankan saya untuk melakukan pengobatan tradisional.
Bermacam-macam obat, baik yang
diberikan oleh dokter maupun obat yang saya temukan di internet talah saya coba
tetapi tidak memberikan hasil yang baik. Sayapun memutuskan untuk mengunjungi
tempat pengobatan tradisional tersebut.
Sesampainya di sana, sang tabib
memeriksa keadaan Kesehatan saya lewat kuku saya dan gejala yang muncul di
rongga mulut saya. Beliau mengatakan bahwa penyakit ini bisa disembuhkan.
Akhirnya saya memutuskan untuk menjalani pengobatan di tempat itu. Dalam waktu
sekitar 2 minggu luka di mulut saya sembuh, warna merah juga menghilang hanya
tinggal garis putih pada bagian tepinya tetapi tidak berasa sakit lagi.
Sekarang saya sudah bisa mengkonsumsi makanan panas dan berat badan saya juga
mulai naik Kembali.
PUSAT PENGOBATAN TRADISIONAL
PELAYANAN KASIH
Awal saya mengunjungi tempat ini,
di benak saya tempat ini hanya sebuah tempat memeriksakan Kesehatan biasa, yang
Jika ditemukann penyakit pada orang yang memeriksakan diri maka akan diberi
ramuan dan pasien meramu obatnya sendiri di rumah masing-masing.
Apa yang saya perkirakan ternyata
salah karena obat atau ramuan yang harus dikonsumsi oleh pasien adalah obat
siap minum yang sudah diramu dan dimasak di tempat itu. Pasien hanya membawa
wadah untuk mengambil dan mengkonsumsi di rumah masing-masing sesuai anjuran
sang tabib. Setelah kali kedua saya memeriksakan diri di tempat itu saya
semakin kagum karena di tempat tersebut terdapat cukup banyak pasien yang
menjalani rawat inap di bawah pengawasan sang tabib, yang Bernama Joni Kause.
Pusat pengobatan ini terletak di Desa Oeletsala, Kabupaten Kupang.
Berdasarkan penuturan semua
pasien rawat inap setiap hari ada doa bersama yang dipimpin oleh Bapak Joni
kause selaku tabib di tempat itu. Mereka secara Bersama-sama mendoakan
kesehatan mereka serta orang-orang yang berobat jalan di tempat itu karena semua
pasien, baik yang rawat inap maupun rawat jalan, mencatat nama mereka di sebuah
buku khusus pasien.
Banyak sekali orang yang berobat
di tempat ini mulai dari masyarakat biasa sampai pejabat, dengan
penyakit-penyakit biasa sampai penyakit berat, bahkan penyakit yang sulit
dijalaskan secara medis. Yang luar biasa adalah banyak pasien yang berobat ke
sana dalam keadaan yang cukup parah, yang membuat dokter di tempat mereka
berobat sebelumnya angkat tangan, bahkan menurut para pasien dokterlah yang
merekomendasikan mereka untuk berobat di Pusat Pengobatan Pelayanan Kasih ini.
Bapak Jonipun mengaminkan hal itu tetapi dengan ketulusan berkata: “saya hanya
berusaha mengobati, tetapi iman masing-masing orang yang menyembuhkan, dan
Tuhan mampu menyembuhkan penyakit yang mustahil disembuhkan sekalipun”. Yang
lebih luar biasa lagi adalah tidak ada patokan tarif pengobatan yang diwajibkan.
Masing-masing pasein memberi dengan kerelaan mereka sendiri.
Tempat pengobatan ini hampir sama
seperti rumah sakit, bedanya adalah ruang dan Gedung pengobatannya berbeda jauh
dari rumah sakit, tetapi suasana keabraban para pasien sangat dalam, bahkan
seperti satu keluarga. mereka melakukan aktivitas sehari-hari seperti memasak,
mencuci, dan sebagainya secara Bersama-sama. Secara fisik mereka diobati tetapi
secara psikis mereka saling menguatkan dan saling mendoakan.
Tabib di tempat ini (Bapak Joni
Kause) tidak pernah menjalani Pendidikan medis, tetapi berdasarkan penuturannya
karunia ini diberikan Tuhan kepada beliau untuk bisa mempraktekan iman kepada
Tuhan dan kasihnya kepada sesama. Tanpa bertanya asal dan agama semua orang
dilayaninya dengan suka cita. Di sela-sela kesibukannya sebagai seorang petani,
Ayah dua orang putri ini mendedikasikan hidupnya sejak tahun 2005 untuk
melayani orang-orang sakit di rumahnya. Rumah kecil yang reot, tetapi cukup
banyak orang yang untuk sementara waktu belum bisa diterima untuk menjalani
rawat inap di tempat ini karena kurangnya ruang tidur, bahkan beberapa pasien
ditempatkan di rumah tetangga atau saudara sang tabib desa ini ketika menjalani
rawat inap karena keadaan pasien yang sudah memprihatinkan.
|
Rumah Pengobatan Pelayanan Kasih Oeletsala |
|
|
|
|
|
Perjalanan penyakit salah satu pasien yang mengalami bengkak dan
abses di bagian pipi sampai dagu |
||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Pemeriksaan pasien yang dilakukan oleh Bapak Joni
karena pasien tidak bisa duduk ataupun berdiri |
Keadaan pasien setelah beberapa
hari dirawat jalan |
|
Pasien rawat
inap yang sedang antri untuk pemeriksaan dan pengobatan rutin |
|
|
|
|
|
|
Penyiapan obat yang harus dikonsumsi
oleh pasien |
Pembagian dan penyerahan obat
kepada pasien dalam wadah yang dibawa oleh pasien |
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar