Definisi Lahan Kering

Definisi Lahan Kering

Rabu, 20 Juni 2012

ikan koan





Hipofisasi Ikan Koan










My Syahrawati
Jacqualine A. Bunga
Yasintha L. Kleden
Nia Kurniawati
Don  Kadja





























I. PENDAHULUAN


Latar Belakang

Gulma air adalah tumbuhan yang sebagian atau seluruh daur hidupnya berada di tempat yang berair dan yang menimbulkan kerugian pada berbagai usaha manusia.  Menurut Mitchell (1974), gulma air dibedakan ke dalam beberapa golongan yaitu yang tumbuh dibagian tepi (marginal weed), didalam air (submerged weed), muncul dipermukaan air (emerged weeds), dan mengapung bebas ( free floating weeds).
Gulma air mengganggu usaha tani atau lingkungan hidup karena : 1). bersaing dengan tanaman budidaya sehingga menurunkan produksi;  2). mengganggu : a.  sistem irigasi dan drainase, (b). pusat listrik tenaga air, (c) usaha perikanan, tempat rekreasi dan angkutan air;  3). Menyebabkan kehilangan air karena evapotranspirasi; 4). Menimbulkan pencemaran lingkungan dan masalah kesehatan umum; 5).  Mengakibatkan terjadinya banjir; dan 6). Menjadi tempat hidup (inang) bagi vektor penyebab penyakit (Achmad, 1971).
Pengelolaan gulma air telah dilakukan dengan berbagai macam cara yaitu dengan pencegahan, fisik, mekanik, dan pemanfaatannya, kimia, dan hayati.
Pengendalian secara mekanik umumnya mahal, karena memerlukann  banyak tenaga manusia atau alat dan sarana lain yang mahal.  Selain itu dengan cara ini maka pengendaliannya harus sering dilakukan.  Sedangkan dengan cara kimiawi dapat dilakukan dengan cepat dan relatif lebih murah, tetapi  menimbulkan dampak negatif.
Pengendalian hayati merupakan cara yang cukup efektif  untuk dikembangkan karena bila  usaha ini berhasil maka dampaknya akan dirasakan dalam jangka waktu lama dan tidak perlu sering diulang.  Selain itu penggunaan agen alami tidak menimbulkan masalah pencemaran lingkungan dan biaya yang dibutuhkan relatif lebih murah.  Namun kelemahan dari penggunaan agen hayati ini adalah memerlukan waktu yang cukup lama dan berubahnya status dari agen pengendali hayati menjadi hama baru. 
Ikan koan (Ctenopharyngodon idella) atau biasa disebut grass carp merupakan salah satu agen pengendali hayati gulma air yang sangat potensial  (Sucipto, 2012), karena dapat mengkonsumsi gulma air sampai 10 kali berat tubuhnya.  Sebagai contohnya lebih dari 10 tahun danau Kerinci telah kembali terbebas dari eceng gondok karena pemanfaatan ikan koan. Selain itu, produksi ikan koan, juga sudah menjadi komoditas lain yang memberikan penghasilan kepada para nelayan (Maruli, 2011). Sebagai ikan pemangsa tanaman air khususnya eceng gondok, ikan koan sangat rakus, dapat bertumbuh dan berkembang biak dengan cepat, mempunyai cita rasa yang  lezat dan kandungan gizinya tergolong tinggi.
 Ikan koan berasal dari Siberia yang merupakan negara sub tropis, tetapi dapat hidup di daerah tropis maupun sub tropis. Namun untuk perkembangbiakkannya di daerah tropis harus dibantu melalui proses hipofisasi. Hipofisasi ini dimaksudkan untuk mempercepat masaknya gonad. Karena ikan memiliki potensi yang sangat besar inilah sehingga mahasiswa yang mempelajari tentang gulma, khususnya gulma air dan pengendaliannya harus mengetahui cara melakukan hipofisasi pada ikan koan dalam rangka membantu reproduksinya.



















II. DASAR TEORI



Cara pemijahan ikan grass garp dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1.     Induced breeding
Pemijahan secara Induced Breeding yaitu dengan menyuntikan hormon perangsang yang berasal dari kelenjar hipofisa ikan donor atau menggunakan hormon LHRH-a atau ovaprim™. Induk betina disuntik 2 kali dengan selang waktu 4 s/d 6 jam, apabila menggunakan kelenjar hipofisa 2 dosis tetapi apabila menggunakan ovaprim dengan dosis 0,5 ml/kg. Penyuntikan pertama 1/3 bagian dan penyuntikan kedua 2/3 bagian.
Induk jantan disuntik cukup sekali, menggunakan kelenjar hipofisa 1 dosis, bila menggunakan ovaprim 0,15 ml/kg dan dilakukan bersamaan dengan penyuntikan kedua pada induk betina.  Kedua induk ikan setelah disuntik dimasukan ke dalam bak pemijahan yang dilengkapi dengan hapa, setelah 6 jam dari penyuntikan pertama induki betina diperiksa kesiapan ovulasinya setiap 1 jam sekali, dengan cara diurut secara perlahan. Ikan yang akan memijah biasanya ditandai dengan saling kejar, perut besar dan lunak, keluar cairan kuning dari lubang kelamin.
Setelah tanda-tanda tersebut, induk jantan dan betina diangkat untuk dilakukan stripping (pengurutan) yaitu dengan mengurut bagian perut ke arah lubang kelamin. Telurnya ditampung dalam wadah/baki plastik dan pada saat bersamaan induk jantan di-stripping dan spermanya ditampung dalam wadah yang lain kemudian diencerkan dengan cairan fisiologis (NaCl 0,9 %) atau cairan Sodium Klorida.
Sperma yang telah diencerkan dituangkan kedalam wadah telur secara perlahan-lahan serta diaduk dengan menggunakan bulu ayam. Tambahkan air bersih dan diaduk secara merata sehingga pembuahan berlangsung dengan baik. Untuk mencuci telur dari darah dan kotoran serta sisa sperma, tambahkan lagi air bersih kemudian airnya dibuang, lakukan beberapa kali sampai bersih, setelah bersih telur dipindahkan kedalam wadah yang lebih besar dan berisi air serta diberi aerasi, biarkan selama kurang lebih 1 jam sampai mengembang secara maksimal.

2.     Induced spawning
Pemijahan secara Induced Spawning perlakuannya sama seperti pemijahan Induced Breeding, hanya setelah induk jantan dan betina disuntik, dimasukan ke dalam bak pemijahan dan dibiarkan sampai terjadi pemijahan secara alami.
Setelah memijah maka induk jantan dan betina dikeluarkan dari bak pemijahan dan telur yang sudah dibuahi ditampung dalam wadah yang berisi air serta diaerasi dan dibiarkan sampai mengembang secara maksimal.
3.     Penetasan Telur
Penetasan dilakukan di dalam hapa corong berdiameter 40 cm dan tinggi 40 cm dengan mengalirkan air dari bawah untuk memutar air yang berisi telur agar tidak menumpuk. Padat penebaran telur 10.000 butir/corong. Telur akan menetas dalam waktu 20-24 jam pada suhu 29°C. Selain di dalam hapa corong penetasan dapat juga dilakukan di dalam akuarium (40 x 60 x 40) cm yang dilengkapi dengan aerasi. Padat tebar telur 5.000 butir/akuarium pada suhu 26 s/d 29°C, telur akan menetas dalam waktu 20-24 jam.
4.     Pemeliharaan Larva
Setelah menetas larva di pelihara dalam corong yang sama, namun sebelumnya telur-telur yang tidak menetas di buang dahulu. Lama pemeliharaan dalam corong 4 hari. Apabila telur ditetaskan dalam akuarium , setelah menetas larva bisa dipelihara di akuarium yang sama namun sebelumnya telur yang tidak menetas dan ¾ bagian air di buang dahulu dan diisi air yang baru. Larva yang sudah berumur 4 hari bisa langsung di tebar di kolam pendederan, atau di beri pakan alami berupa nauplii Artemia, Brachionus atau Moina. Pemeliharaan larva dalam akuarium selama 10 hari, air harus di ganti setiap hari sebanyak 2/3 bagian.









III. METODE

a. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah :
  1. Penggerus
  2. Pinset
  3. Papan (alas)
  4. jarum suntik
  5. Centrifugal

  1. Timbangan
  2. Pisau
  3. kapas
  4. petridish
  5. Tissue  

Bahan yang dibutuhkan adalah :
  1. Aquabidest
  2. Ikan koan
  3. Ikan donor (ikan mas Majalaya)
  4. Alkohol 95%

b. Langkah Kerja :
1.     siapkan alat untuk melakukan penyuntikan hipofisa
2.     siapkan ikan koan dan ikan donornya
3.     timbang ikan koan disesuakan dengan berat ikan donor (ikan mas majalaya)
4.     ikan donor dipotong bagian kepalanya untuk diambil hipofisanya
5.     kelenjar hipofisa diletakkan di atas tisu yang bersih
6.     kelenjar hipofisa dari ikan donor digerus dengan alat penggerus
7.     dilarutkan dengan aqubides
8.     larutan hasil gerusan disentrifugasi
9.     larutan hipofisa yang telah disntrifugasi diambil dan disuntikan pada ikan koan pada bagian siripnya





III. PEMBAHASAN

Proses reproduksi ikan koan seperti halnya mahluk hidup yang lain, harus melalui tahap pematangan gonad. Tanda-tanda induk yang telah matang gonad: Betina, perut mulai bagian dada sampai ke arah pengeluaran membesar, bila ditekan terasa lembek, lubang kelamin agak kemerahan dan agak menyembul keluar serta gerakan relatif lamban. Jantan, dibandingkan dengan betina bentuk badan relatif lebih langsing, sirip dada bagian atas kasar dan bila perut diurut kearah lubang kelamin akan keluar cairan berwarna putih (sperma).
Pemasakan gonad ikan koan harus dibantu dengan penyuntikan hipofisa, yang terlebih dahulu dimulai dengan penyiapan alat seperti yang tertera pada bab II:
a
 
b
 
c
 
d
 
Gambar 1.   a) alat penggerus dan quabides; b) balok sebagai alas; c) sentrifuge,
d)pinset, jarum suntik, dan cawan petri (sumber: koleksi probadi)

Untuk melakukan penyuntikan dibutuhkan ikan koan yang sudah siap, jadi perlu dipilih ikan koan jantan dan betina  dan ikan donor yang sudah cukup umur ± 1 tahun (gambar 1). Ciri-ciri fisik ikan ini adalah warna abu-abu gelap kekuningan dengan campuran perak kemilau, badan memanjang, kepala lebar dengan moncong bulat pendek, gigi paringeal dalam deretan ganda dengan bentuk seperti sisir. Ikan grass carp dapat mencapai ukuran panjang maksimal 120cm dan bobot tubuh 20 kg. Induk ikan grass carp sudah dapat memijah pada umur 3 - 4  tahun dengan berat betina mencapai 3 kg dan jantan 2 kg. Pemijahan biasanya terjadi pada musim penghujan (Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar, 2010).
Gambar 2. Ikan koan yang sudah cukup umur untuk
proses hipofosasi (Sumber: Koleksi pribadi)

Untuk satu kali proses hipofisasi diperlukan 2 ikan koan (jantan dan betina) dan 3 ikan donor.  Sebelum proses ini dilakukan, imbang ikan donor (ikan mas Majalaya karena ikan ini netral yaitu dapat menjadi donor untuk berbagai ikan), harus ditimbang agar sesuai dengan berat ikan koan, dimana berat ikan donor harus 1,5 kali berat ikan koan.
Gambar 3. Ikan mas Majalaya yang dipakai
              sebagai donor kelenjar hipofisa
              (Sumber: Koleksi pribadi)

Langkah pertama yang harus dilakukan adalah  memotong  kepala Ikan donor dan ketika dipotong ikan harus dalam posisi tegak tegak. Setelah itu belah kepala bagian atas (bagian otaknya),  dilakukan dengan hati-hati agar otak dan kelenjar hipofisanya tidak rusak.
Gambar 3. Proses pemotongan kepala ikan donor (Sumber: Koleksi pribadi)

Langkah selanjutnya, setelah kelenjar hipofisa  terlihat (bentuknya bulat berwana putih dan berukuran kecil), maka diambil dengan pinset, lalu diletakkan diatas tisu yg bersih, tetapi sebelumnya dimasukkan terlebih dahulu ke dalam cawan petri yang sudah diberi alkohol 95 %, dengan tujuan untuk mensterilkan kelenjar hipofisa sebelum disuntukan ke ikan koan.
a
 
b
 
c
 
Gambar 4. a) letak hipofisa pada bagian kepala ikan donor:dibawah jaringan otak;
 b) kelenjar hipofisa yang ditrerilkan dalam alkohol 95 %; c) kelenjar
  hipofisa yang dikeringkan dengan kertas tisue (Sumber: Koleksi pribadi)

Setalah dibiarkan diatas tisu untuk mengeringkan sisa alkohol,  kelenjar hipofisa tersebut digerus dengan menggunakan penggerus sampai lumat (dalam proses ini kelenjar tadi diangkat menggunakan pinset secara hati-hati dan diletakkan pada tangkai penggerus yang kemudian diamasukkan dalam tabung penggerus. Penggerusan dilakukan dengan memutar-mutar tangkai penggerus di dalam tabung sampai kelenjarnya, hancur sambil ditambahkan aquabides secara perlahan-lahan dengan takaran 1 – 2mL dengan menggunakan jarum suntik).  jika tidak ada alat penggerus dapat menggunakan sendok yang bersih.
a
 
b
 
              Gambar 5. a) peletakan jaringan hipofisa pada tangkai penggerus;
                                 b) penggerusan dilakukan dengan memutar-mutar
                             tangkai penggerus pada lubangnya (Sumber: Koleksi pribadi)

Setalah membentuk larutan, larutan tersebut diambil dengan menggunakan jarum suntik dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi untuk disentrifugasi selama beberapa menit. Tujuan dari sentrifugasi adalah untuk memisahkan cairan dan endapannya.  Jika alat sentrifugasi tidak ada maka kita biarkan/diamkan selama beberapa waktu agar terpisah antara endapan dan cairan tersebut. Ciran yang biasanya terdapat pada lapisan atas, diambil  dengan cara menyedotnya menggunakan jarum suntik.
a
 
b
 
         Gambar 6.a) pengambilan hasil gerusan kelenjar hipofisa;
                      b) sentrifugasi hasil gerusan kelenjar hipofisa (Sumber: Koleksi pribadi)

Langkah selanjutnya adalah penyuntikan. Sebelum dilakukan penyuintikan harus dipastikan terlebih dahulu di dalam jarum suntik tersebut tidak terdapat udara. Penyuntikan harus dilakukan pada ikan koan dengan posisi tegak. Ikan koan betina disuntik sebanyak dua kali, dimana suntikan pertama dilakukan dibawah sirip sebelah kanan pada sisik no 3 dari atas. Penyuntikan yang kedua dilakukan dengan selang waktu sekitar 4 – 6 jam setelah penyuntikan pertama. penyuntikan kedua pada ikan koan betina dilakukan di sebelah kiri (bagian yang bersebelahan dengan bagian pada penyuntikan pertama. Ikan koan jantan disuntik bersamaan dengan penyuntikkan ikan koan betina yang kedua
    Gambar 7. tempat peyuntikan hipofisa pada ikan koan (Sumber: Koleksi pribadi)

Setelah semua ikan disuntik maka masukkan kedua ikan dalam kolam yang sudah disediakan (proses fertilisasi). Jika proses penyuntikan cairan hipofisa ini berhasil biasanya pada 9 – 12 jam setelah penyuntikan pertama akan terjadi ovulasi, Namun jika tidak berhasil maka dilakukan plotot (dengan cara diurut secara perlahan). Ikan yang akan memijah biasanya ditandai dengan saling kejar, perut besar dan lunak, keluar cairan kuning dari lubang kelamin. Setelah tanda-tanda tersebut, induk jantan dan betina diangkat untuk dilakukan stripping (pengurutan) yaitu dengan mengurut bagian perut ke arah lubang kelamin. Telurnya ditampung dalam wadah/baki plastik dan pada saat bersamaan induk jantan di-stripping dan spermanya ditampung dalam wadah yang lain kemudian diencerkan dengan cairan fisiologis (NaCl 0,9 %) atau cairan Sodium Klorida (Mano, 2012).
a
 
b
 
Gambar 8. perbedaan jenis kelamin ikan koan:
a)     ikan jantan; b) ikan betina (Sumber: Koleksi pribadi)

             



Sperma yang telah diencerkan dituangkan kedalam wadah telur secara perlahan-lahan serta diaduk dengan menggunakan bulu ayam. Tambahkan air bersih dan diaduk secara merata sehingga pembuahan berlangsung dengan baik. Untuk mencuci telur dari darah dan kotoran serta sisa sperma, tambahkan lagi air bersih kemudian airnya dibuang, lakukan beberapa kali sampai bersih (Respati, 1998).                 Telur yang akan dihasilkan, baik dari proses pembuahan alami maupun proses pengurutan kemudian dimasukkan ke dalam corong kain yang ujungnya disambungkan dengan selang untuk menghasilkan turbelensi karena gerakan air yang akan keluar lewat seang ke arah kolam melalui corang (sering disebut hapa) tersebut. Tujuan dari langkah ini adalah agar telur tidak menggumpal (mengumpul) karena jika telur menumpuk (menggumpal) maka  telur-telur tersebut tidak akan menetas.
          Laporan ini disertai dengan video untuk melengkapi pemahaman tentang cara penyiapan alat dan cara penyuntikan hipofisa pada ikan koan yang dilakukan oleh teknisi pada Balai Pengembangan Teknologi Kelautan dan Perikanan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Unit Kerja Budidaya Air Tawar Cangkringan.












IV. PENUTUP

Kesimpulan
             Proses hipofisasi merupakan suatu cara untuk mengembangkan ikan koan pada daerah tropis. Cara ini dilakukan dengan cara mengambil kelenjar hipofisa dari ikan donor dan ikan yang biasanya digunakan untuk proses ini adalah ikan ikan mas Majalaya karena ikan ini netral yaitu dapat menjadi donor untuk berbagai ikan, dimana berat ikan donor harus 1,5 kali berat ikan koan. Penyuntikan ikan koan betina sebanyak dua kali, dimana suntikan pertama dilakukan dibawah sirip sebelah kanan pada sisik no 3 dari atas. Penyuntikan yang kedua dilakukan dengan selang waktu sekitar 4 – 6 jam setelah penyuntikan pertama. penyuntikan kedua pada ikan koan betina dilakukan di sebelah kiri (bagian yang bersebelahan dengan bagian pada penyuntikan pertama. Ikan koan jantan disuntik bersamaan dengan penyuntikkan ikan koan betina yang kedua.

















DAFTAR  PUSTAKA


Achmad, S. 1971. Problems and Control of aquatic weeds in Indonesian Open Waters. Proceeding 1st Indonesian Weed Science Conference. Bogor.

Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi., 2010. Teknik Pembenihan Ikan Grass Carp (Ctenopharyngodon idella). Website : www.bbpbat.net. Diakses tanggal 16 Mei 2012, pkl. 20.00 WIB

Mano, D., 2012. Budidaya Ikan Koan Berantas Enceng Gondok. Antara News. http://www.antaragorontalo.com/berita/178/budidaya-ikan-koan-berantas-enceng-gondok.html. Diakses tanggal 16 Mei 2012, pkl. 19.30 WIB

 

Maruli, A. 2011. Ikan Koan Bersihkan Eceng Gondok Danau Kerinci. Antara News. http://www.antaranews.com/berita/259262/ikan-koan-bersihkan-eceng-gondok-danau-kerinci. Diakses tanggal 16 Mei 2012, pkl. 20.05 WIB

Mitchell, D.S. 1972. The Kariba Weed: Salvinia molestaI. British Fern Gezette

Respati, H. 1998. Budidata Ikan Kowan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Sucipto, A., 2012. Budidaya ikan koan. http://www.adisucipto.com/2012/02/   budidaya-ikan-koan/. Diakses tanggal 16 Mei 2012, pkl. 19.40 WIB























Tidak ada komentar:

Posting Komentar